Kali ini terpaksa saya menuliskan kejanggalan euforia politik ini yang mengait-ngaitkan penguatan rupiah terhadap dolar amerika dan IHSG sebagai sebuah ilusi politik untuk meningkatkan pencitraan seseorang yang sudah dielu-elukan bak dewa penolong ditengah dahaganya rakyat Indonesia terhadap pemimpin yang amanah. hal senada juga dimuat di merdekacom Tak cuma IHSG, Rupiah ikut menguat usai Jokowi resmi jadi capres bahkan banyak lagi berita senada yang dimuat diberbagai media online, surat kabar maupun TV. yang secara teknikal ini hanya numpang keren dan memanfaatkan moment.
Kenapa saya berani bilang berita tersebut hanya memanfaatkan momen dan sekedar cari sensasi popularitas semu ? karena saya melihat fenomena ini secara teknikal, sehingga tidak ada hubungannya dengan pencapresan seseorang akan mendongkrak harga suatu mata uang atau saham.
Coba anda amati gambar chart analisa teknikal rupiah vs dolar amrik (USDIDR) berikut ;
secara teknikal kenaikan dolar terhadap rupiah sudah memasuki fase overbought atau jenuh beli, sehingga peluang turun sangat terbuka lebar tanpa berita apapun rupiah akan kembali menguat terhadap dolar, tapi sayang momen yang sudah lumrah bagi seorang trader yg menggunakan teknik BBMA ala kg dimanfaatkan secara tidak fair oleh politikus dan dipolitisir dengan berita ekonomi sebagai efek dari pencapresan seseorang.
Kalo memang ada high impact dari berita penetapan jokowi sebagai capres PDIP, maka candle akan bergejolak dengan signifikan, tapi anda dapat melihat lingkaran biru pada gambar, semua berjalan dengan normal, sekali lagi dimana efek jokowi sebagai capres terhadap penguatan rupiah vs dolar ???.
Kalo memang ada high impact dari berita penetapan jokowi sebagai capres PDIP, maka candle akan bergejolak dengan signifikan, tapi anda dapat melihat lingkaran biru pada gambar, semua berjalan dengan normal, sekali lagi dimana efek jokowi sebagai capres terhadap penguatan rupiah vs dolar ???.
semoga penjelasan di atas dapat sedikit membuka mata masyarakat indonesia khususnya para trader agar tidak tertipu oleh berita2 yang banyak beredar saat ini yang tingkat kebenarannya sangat relatif karena sarat dengan berbagai kepentingan terlebih lagi untuk pencitraan.