Dalam studi ini Paul mengajak 105 anak yang mereka dibagi menjadi tiga kelompok. Anak-anak ini sedang menderita batuk. Kelompok pertama diberikan sirup dengan kandungan dextromethorpan. Kelompok kedua hanya diberikan madu Buckwheat. Sementara kelompok ketiga tidak mendapatkan obat apapun.
Hasilnya, hanya kelompok anak peminum madu yang malam hari masih bisa tidur dengan nyenyak dengan sesekali batuk. Sementara dua kelompok anak lainnya terlihat batuk-batuk saat tengah malam dengan intensitas lebih sering. Dua sendok madu Buckwheat yang diberikan kepada salah satu kelompok anak ternyata jauh lebih efektif dibandingkan sirup obat batuk dariindustri farmasi.
Namun Paul tidak merekomendasikan madu untuk anak-anak yang masih berusia dibawah satu tahun. Pasalnya, hal tersebut bisa membuat anak mengalami botulisme. Bagi anak yang sudah lebih dari satu tahun, Paul merekomendasikan penggunaan madu sebagai obat batuk.
“Ketika orang tua ingin memberi sesuatu pada anak-anaknya, madu tampaknya merupakan pilihan terbaik,” kata Paul, seperti dikutip situs Hidayatullah.
Perlu diketahui, menurut catatan dari Akademi Dokter Anak Amerika pada tahun 1997, rata-rata obat batuk yang ada di pasaran mengandung codeine dan dextromethorpan. Kedua bahan ini bukan penyembuh batuk. Cara kerjanya melakukan penyetopan perintah untuk batuk dari otak menuju tubuh, sehingga tidak langsung menuju sasaran penyebab batuk. Selain itu efek samping obat batuk dan pilek terbilang cukup serius seperti mengantuk, hiperaktif, halusinasi, sakit kepala, muntah, jantung berdebar, dan sebagainya, Cara Mengobati Batuk Menggunakan Madu.